Popular Post

Posted by : Unknown Minggu, 19 Januari 2014

    Aku bukanlah seseorang yang menyisakan kehidupannya hanya untuk menyentuh debu kusam yang menghalangi pandangan positif manusia . . . . suara langkah kaki seakan menjadi detik yang menghitung akhir dari semua keringat yang selalu membuatku bertahan . . . pandangan hina pun turut ikut memeriahkan panggung kepedihan yang selalu memaksaku untuk menjadi tokoh utama , meski selalu keluh kesah yang ku dapatkan . . . pekerjaan mungkin tak layak di ucapkan untuk apa yang aku lakukan di tengah-tengah kerumunan kota , hanya kata "paruh waktu" yang menemani sebagai pelengkap info kehidupan yang kujalani . . .
    hari ini aku terbangun di sebuah kamar yang mungkin tak layak bagi seorang gadis sekolah sepertiku , dimana tak ada warna cerah , tak ada perhiasan mimpi maupun perlengkapan fariasi tubuh , aku kira siraman air mungkin akan mengurangi kesuraman dunia , tetap saja aura masa lalu berdatangan di setiap tetes air yang membersihkan raga yang rapuh ini . . .
    seperti biasa , sebuah pagar berkarat nan buruk selalu terdiam kaku menanti diriku pergi menuju bangunan ilmu tempat dimana aku bisa menggores tinta angan-angan yang selama ini ku pendam jauh ... semua terlihat bahagia , semua terlihat ceria , seakan mereka memiliki sayap cahaya yang tak mungkin bertumbuh di pundakku yang sudah tak kuat menopang tiang kepercayaan diri . . .
    meja yang terletak di ujung ruangan kelas seakan mencerminkan kehidupanku yang selalu tertinggal oleh laju jaman yang egois mencapakan gadis ini di lapangan keputusasaan . . .aku mengerti tak selamanya menjadi penyediri itu akan menjadi hal yang baik dan ku tak perlu berharap ada seorang pangeran berkuda yang datang menjemputku dari istana keterpurukan ini . . . di saat para pelajar menyantap bekal dari orang yang mereka sebut ibu , aku hanya bersandar di dinding atap sekolah dan memainkan jari memetik gitar yang amat ku jaga karna bukan suara yang indah terlantunkan tetapi sejuta kenangan orang yang memberikan hadiah pertamaku itu . . . sebuah bayangan yang di iringi tepuk tangan tak berirama memutuskan kesunyian siang itu . . . "permainan gitarmu memang selalu menghiburku" ucap seorang lelaki seumuranku yang setia mendengar lantunan kepedihan senar gitarku . . . "terima kasih" hanya sepatah kata itu yang selalu terucap untuk membalas sebuah buah penilaian manusia . . . sebatang coklat menghampiri lenganku , tak lupa senyum indah menyertai ucapan "isilah hatimu dengan rasa manis coklat ini" setetes air mata haru terjatuh di lantai berdebu . . . kembali ku menatap kerajaan lagit sore hari di tengah kerumunan kota , menawarkan selembar demi selembar kertas jasa toko yang mempekerjakanku di waktu sore hingga kegelapan malam menutupi pandanganku . . .
    melody jangkrik di malam musim panas menjadi pelipur lara kepulanganku dari pekerjaan yang semakin hari semakin membuat sistem kekebalan tubuhku menurun . . . aku terkena demam musim panas dan aku sudah tidak kaget harus sendiri walau dalam keadaan sakit , tetapi demamku tak kunjung memperlihatkan termometer ke suhu yang normal . . . 3 hari ku lalui dalam kehancuran yang mendalam , namun aku harus tetap pergi ke sekolah karna behasiswa yang ku dapatkan menuntutku mempertahankan prestasi dalam pelajaran . . .
    pagi yang panas seakan tak kurasakan , tubuhku dingin seakan aku sedang tardampar di istana es , pandangan ku yang sudah layu namun ku buat tetap terjaga selama perjalanan , hingga di sebuah gang sepi sunyi aku sudah tak kuasa menahan rasa lelah dan secara tiba-tiba tubuhku menghantam bumi , pandanganku pun layu di telan lagit pagi itu . . . "sakura!!! apa kamu baik-baik saja?" sebuah suara yang sudah tak bisa ku dengar jelas untuk ku imajinasikan dari siapa suara itu berasal . . .
    mataku terbuka meski sedikit parau ku coba untuk memperjelas pandanganku , "dimana aku berada? apa aku sudah berada di tempat orang tuaku beristirahat dengan damai?" pertanyaan bodoh yang terucap dari hati yang kosong ini . . . aku merasakan sebuah pegangan tangan yang sangat lembut sedang mengenggam tangan yang tak berdaya ini  , betapa terkejutnya aku saat ku lihat yamato si penggemar yang selalu hadir melihat show gitar atap sekolahku,sedang tertidur lelah di kursi yang menempel pada tempat tidur kamar rumah sakit yang ku ketahui dari bau obat di seluruh ruangan . . .
    ku coba untuk bersandar dan duduk di atas kasur , yamato terbangun dan terlihat sangat bergembira , "sakura kamu sudah sadar!! syukurlah" sebuah kata-kata yang sangat membuat hatiku yang hancur kembali utuh sedikit demi sedikit . . ."berapa lama aku pingsan yamato?" tanya ku cemas karna aku tak mau merepotkan orang lain , hanya kata "sehari" yang kudapatkan dari mulut yang tersenyum senang itu . . . yamato pun pergi karna suatu urusan mendadak yang harus dia lakukan tanpa memberi penjelasan . . . tubuhku ini ku gerakan hanya sekedar untuk berjalan-jalan mengelilingi taman rumah sakit yang tidak terlalu mewah itu . . . ku duduk di kursi taman yang bercorak kuno , ku tertegun melihat daun-daun bergugurandan aku merasakan aroma khas angin musim gugur yang menyambutku kembali ke dunia ini . . .seorang dokter wanita duduk dan memulai pembicaraan kami dengan sebuah kalimat "aku kurang mengenalmu , aku pun kurang tahu asal-usul kehidupanmu , tapi aku sangat berterima kasih , berkatmu anakku sudah tumbuh dewasa , " dia pun menjelaskan bahwa anaknya yaitu yamato membawaku di pagi hari pada musim panas , betapa terkejutnya hati kecil ini mendengar kebenaran bahwa aku pingsan tak mengenal hari melainkan 3 bulan terlewatkan untuk mimpi singkat yang aku alami . . . segera aku berlari melawan arah angin yang berhembus dingin , mencoba melihat sisa ucapan wanita itu bahwa yamato menolak jasa pengobatan gratis untuk ku karna ibunya seorang dokter di rumah sakit itu  . . . tapi apa yang aku lihat kali ini telah membuka bendungan air mata haruku . . . seorang pria berkecukupan rela melakukan pekerjaan paruh waktuku sebagai penjajah kertas jasa toko yang selama ini ku lakukan . . .ku usap air mata ini untuk manjaga perasaan sungkan pada anak manusia itu . . . di tengah kerumunan kota sekali lagi aku terpaku oleh langit dan aku bersumpah di bawah matahari yang mulai padam bahwa . . .

    "ku tak sanggup membersihkan debu kepedihan , tapi akan ada angin sejuk yang membawa sebuah ilusi kedamaian , kan ku sandarkan peluh kehidupanku pada sayap cahayamu . . . meski aku hanya seorang GADIS PARUH WAKTU"

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © (ANJAR) 釜口吉田くん - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -