Popular Post

Posted by : Unknown Selasa, 21 Januari 2014

    Bermata dingin, gerakan yang tak bebas, cahaya yang lenyap, kegelapan yang berteman sepi,seperti itulah kiasan hidup anak manusia ini, terlahir dari keluarga yang miskin membuatku terbiasa akan hinaan yang terus-menerus mengikis rasa percaya diri,aku bukanlah seorang tuna netra,tetapi aku tak bisa melihat keindahan dunia ini,aku bukanlah tuna wisma, namun aku sudah tak punya tempat untuk kembali,itulah kata-kata yang terbesit dalam pikiranku setelah ayah menjualku kepada seorang pengusaha kayu, sempat ku bersedih karna keputusan sebelah pihak yang ayah lakukan,namun apa daya kenyataan dunia terlalu kuat untuk ku tandingi.
    Di hari pertama aku di tugaskan membersihkan gudang tempat penyimpanan bahan baku boneka yaitu kayu, ku angkat satu-persatu bongkahan kayu yang amat sangat membebani tubuh kecil ini, rasa lelah mulai menderaku seiring meredupnya sinar matahari yang menyinari jendela besi gudang itu,seorang gadis seumuranku datang dengan pakaian khas pelayan,rambut lurus nan halus,kulit putih yang terawat,namun semua itu musnah karna kebutaan yang dia derita,terlalu dini juga jika ku tanya penyebab kebutaannya. "apakah dia sama denganku? di telantarkan dan di lupakan oleh orang yang dia cintai?" Sebuah pertanyaan terlintas di antara kebisuan kami,sebuah gelas berisikan air yang sangat segar ku terima,aku terpana melihat pandangan penuh kepedihan yang berada tepat di depan cakrawala pandanganku,sebuah teriakan panggilan menghancurkan keheningan di tempat itu,dengan terburu-buru si gadis pelayan pergi  meninggalkanku,segera ku ikuti langkahnya menuju sumber suara yang semakin mengeras.
    Sesampainya di ruangan pengrajin boneka aku mengendap-endap bersembunyi di balik lemari koleksi boneka kayu yang besar namun tak tertata rapih,ku dengar suara pukulan yang di iringi jerit tangis dari banyak anak,aku tertegun dengan apa yang aku lihat,jika ini mimpi aku lebih memilih terbangun meski tak ada seorang pun yang berada di sisiku,6 orang gadis kecil yang seharusnya berbahagia justru harus menerima siksaan sadis,mereka di  cambuk,di pukuli,dan di ikat layaknya narapidana pada jaman romawi,air mata ini tak bisa ku pendam dalam-dalam,dengan penuh tawa wanita terkutuk itu mempermainkan mereka layaknya boneka.
    Terlintas suatu cara kotor di pikiran ini, "apa lebih baik ku bunuh wanita psycho itu?", hari demi hari berlalu,semua jerit tangis itu mengganggu pekerjaan memahatku,perempuan tua itu datang menghampiriku dan berkata "aku membenci gadis kecil yang hanya bisa menagis,seperti mereka tidak memiliki raga untuk bertahan hidup sebagai perempuan" ucapnya tanpa rasa bersalah sedikit pun,
    Hari demi hari ku lalui tanpa ada daya melawan rasa takut yang ku hadapi ketika perkataan gadis buta itu kepadaku di hari jumat berderai air hujan "aku bersyukur terlahir buta karna aku tak perlu melihat penderitaan yang di tebarkan dunia , aku pun tak akan menyalahkan mereka yang membuangku ke neraka ini hanya karna prihal materi selama itu bisa membayar mereka ayah ibuku yang merawatku semenjak aku terlahir ke dunia,aku bisa merasakan pedih pada luka di sekujur tubuh ini,tapi aku akan tersenyum jika itu bisa menghilangkan rasa sakit pada hati ini"
    Hari itu adalah hari dimana aku menjabat sebuah tittle kotor yang biasa di sebut "pembunuh",wanita tua penggila boneka kayu itu meninggal setelah sebuah bongkahan kayu yang amat besar menimpa tubuhnya dan sekaligus menjadi makamnya,aku yang sengaja tak mengencangkan ikatan pada tumpukan kayu itu,ku selamatkan para sandera yang tak ku beri tahu tentang kejadian itu,satu ku kembalikan kepada orang tua yang penuh penyesalan telah menjual mereka,namun ada suatu hal menyakitkan yang di rasakan sandera terakhir yaitu si gadis buta,
    "Apakah dia anak yang kalian jual kepada pengusaha kayu itu? " awal mula ucapanku menuju kepedihan,"maaf kami tidak memiliki anak yang buta dan lemah seperti itu "  ucap 2 orang yang tak pantas di sebut sebagai ayah dan ibu itu, "terima kasih ayah...ibu..aku akan selalu mengingat jasa kalian " sungguh hati ini seperti di sayat-sayat pisau yang maha tajam,si gadis buta itu kembali tersenyum bahagia setelah apa yang dia dengar,ku bawa dia ke sebuah hutan yang dekat dengan desaku berasal,kami kembali membisu di tepian sungai jernih tempatku dan orang tuaku mencari ikan.
    "Apa kamu baik-baik saja?"  Pertanyaan yang paling bodoh dalam hidupku,jika pun dia menangis maka akan ku tanggung semua keluhnya,namun sungguh besar hati gadis ini pikirku,sebuah senyuman manis menusuk pandanganku, entah berapa anak panah yang menancap pada pikiran ini setelah tahu apa yang terjawab dari bibir yang menakjubkan itu,"aku akan baik-baik saja selama mataku di penuhi kegelapan,karena aku buta maka aku tak perlu melihat wajah mereka saat mencampakkan aku " pelukanku seakan menjadi obat yang mengeluarkan air mata yang selama ini dia bendung dalam waduk keputusasaan,"hiduplah kau untuk menjadi mata hatiku,dan aku akan menjadi cakrawala pandanganmu yang melihat semua kekejaman dunia" sebuah sumpah yang terjalin sampai hari ini kami memiliki buah cinta seorang anak yang terlahir normal memiliki ayah,ibu,dan juga kakek dan nenek yang juga orang tua yang menemukan tubuh kami di pinggiran sungai tempat dimana semua deraian air mata kami mengalir pergi menuju lautan dan bersandar abadi di samudera.



WRITER : KAMAGUCHI YOSHIDA

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © (ANJAR) 釜口吉田くん - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -