Popular Post

AIR MATA SI GADIS BUTA

By : Unknown
    Bermata dingin, gerakan yang tak bebas, cahaya yang lenyap, kegelapan yang berteman sepi,seperti itulah kiasan hidup anak manusia ini, terlahir dari keluarga yang miskin membuatku terbiasa akan hinaan yang terus-menerus mengikis rasa percaya diri,aku bukanlah seorang tuna netra,tetapi aku tak bisa melihat keindahan dunia ini,aku bukanlah tuna wisma, namun aku sudah tak punya tempat untuk kembali,itulah kata-kata yang terbesit dalam pikiranku setelah ayah menjualku kepada seorang pengusaha kayu, sempat ku bersedih karna keputusan sebelah pihak yang ayah lakukan,namun apa daya kenyataan dunia terlalu kuat untuk ku tandingi.
    Di hari pertama aku di tugaskan membersihkan gudang tempat penyimpanan bahan baku boneka yaitu kayu, ku angkat satu-persatu bongkahan kayu yang amat sangat membebani tubuh kecil ini, rasa lelah mulai menderaku seiring meredupnya sinar matahari yang menyinari jendela besi gudang itu,seorang gadis seumuranku datang dengan pakaian khas pelayan,rambut lurus nan halus,kulit putih yang terawat,namun semua itu musnah karna kebutaan yang dia derita,terlalu dini juga jika ku tanya penyebab kebutaannya. "apakah dia sama denganku? di telantarkan dan di lupakan oleh orang yang dia cintai?" Sebuah pertanyaan terlintas di antara kebisuan kami,sebuah gelas berisikan air yang sangat segar ku terima,aku terpana melihat pandangan penuh kepedihan yang berada tepat di depan cakrawala pandanganku,sebuah teriakan panggilan menghancurkan keheningan di tempat itu,dengan terburu-buru si gadis pelayan pergi  meninggalkanku,segera ku ikuti langkahnya menuju sumber suara yang semakin mengeras.
    Sesampainya di ruangan pengrajin boneka aku mengendap-endap bersembunyi di balik lemari koleksi boneka kayu yang besar namun tak tertata rapih,ku dengar suara pukulan yang di iringi jerit tangis dari banyak anak,aku tertegun dengan apa yang aku lihat,jika ini mimpi aku lebih memilih terbangun meski tak ada seorang pun yang berada di sisiku,6 orang gadis kecil yang seharusnya berbahagia justru harus menerima siksaan sadis,mereka di  cambuk,di pukuli,dan di ikat layaknya narapidana pada jaman romawi,air mata ini tak bisa ku pendam dalam-dalam,dengan penuh tawa wanita terkutuk itu mempermainkan mereka layaknya boneka.
    Terlintas suatu cara kotor di pikiran ini, "apa lebih baik ku bunuh wanita psycho itu?", hari demi hari berlalu,semua jerit tangis itu mengganggu pekerjaan memahatku,perempuan tua itu datang menghampiriku dan berkata "aku membenci gadis kecil yang hanya bisa menagis,seperti mereka tidak memiliki raga untuk bertahan hidup sebagai perempuan" ucapnya tanpa rasa bersalah sedikit pun,
    Hari demi hari ku lalui tanpa ada daya melawan rasa takut yang ku hadapi ketika perkataan gadis buta itu kepadaku di hari jumat berderai air hujan "aku bersyukur terlahir buta karna aku tak perlu melihat penderitaan yang di tebarkan dunia , aku pun tak akan menyalahkan mereka yang membuangku ke neraka ini hanya karna prihal materi selama itu bisa membayar mereka ayah ibuku yang merawatku semenjak aku terlahir ke dunia,aku bisa merasakan pedih pada luka di sekujur tubuh ini,tapi aku akan tersenyum jika itu bisa menghilangkan rasa sakit pada hati ini"
    Hari itu adalah hari dimana aku menjabat sebuah tittle kotor yang biasa di sebut "pembunuh",wanita tua penggila boneka kayu itu meninggal setelah sebuah bongkahan kayu yang amat besar menimpa tubuhnya dan sekaligus menjadi makamnya,aku yang sengaja tak mengencangkan ikatan pada tumpukan kayu itu,ku selamatkan para sandera yang tak ku beri tahu tentang kejadian itu,satu ku kembalikan kepada orang tua yang penuh penyesalan telah menjual mereka,namun ada suatu hal menyakitkan yang di rasakan sandera terakhir yaitu si gadis buta,
    "Apakah dia anak yang kalian jual kepada pengusaha kayu itu? " awal mula ucapanku menuju kepedihan,"maaf kami tidak memiliki anak yang buta dan lemah seperti itu "  ucap 2 orang yang tak pantas di sebut sebagai ayah dan ibu itu, "terima kasih ayah...ibu..aku akan selalu mengingat jasa kalian " sungguh hati ini seperti di sayat-sayat pisau yang maha tajam,si gadis buta itu kembali tersenyum bahagia setelah apa yang dia dengar,ku bawa dia ke sebuah hutan yang dekat dengan desaku berasal,kami kembali membisu di tepian sungai jernih tempatku dan orang tuaku mencari ikan.
    "Apa kamu baik-baik saja?"  Pertanyaan yang paling bodoh dalam hidupku,jika pun dia menangis maka akan ku tanggung semua keluhnya,namun sungguh besar hati gadis ini pikirku,sebuah senyuman manis menusuk pandanganku, entah berapa anak panah yang menancap pada pikiran ini setelah tahu apa yang terjawab dari bibir yang menakjubkan itu,"aku akan baik-baik saja selama mataku di penuhi kegelapan,karena aku buta maka aku tak perlu melihat wajah mereka saat mencampakkan aku " pelukanku seakan menjadi obat yang mengeluarkan air mata yang selama ini dia bendung dalam waduk keputusasaan,"hiduplah kau untuk menjadi mata hatiku,dan aku akan menjadi cakrawala pandanganmu yang melihat semua kekejaman dunia" sebuah sumpah yang terjalin sampai hari ini kami memiliki buah cinta seorang anak yang terlahir normal memiliki ayah,ibu,dan juga kakek dan nenek yang juga orang tua yang menemukan tubuh kami di pinggiran sungai tempat dimana semua deraian air mata kami mengalir pergi menuju lautan dan bersandar abadi di samudera.



WRITER : KAMAGUCHI YOSHIDA

PUISI HUTAN

By : Unknown
    Pepohonan mengundang kedamaian hidup , sejuk lembut seakan menerbngkan sejuta pesawat kertas berisikan doa sema insan. . . puluhan juta langkah kaki ini menapaki bumi hutan , tak seorang pun bisa menjamah lukisan alami dunia itu , gemercak air menarik perhatianku dan benar saja kembali aku di buat terpanah oleh kejernihan air surga yang mengalir setia sebagai jalur para ikan menjalani kehidupan. . .
    ku basuh wajah lelah ini berharap kesegaran mengalir untuk membuatku termotivasi kembali dalam menuliskan nama flora yang mendiami tempat indah itu , tak ada kata "bosan" dalam catatanku , semakin ku menyelam ke dalam lautan bunga maka semakin aku terhanyut oleh antah brantah yang menyesatkanku ...
    Terkadang malam menjadi menakutkan, sejumlah mata memandangiku dengan penuh rasa lapar, seakan siap menyantap tubuh yang lelah ini yang terkuras kegiatan di siang hari, tapi cahaya api melindungiku, memberikan kehangatan selimut malam berbentuk aura, ku pejamkan mata ini mencoba pergi menuju dunia lain yang di sebut "mimpi" ...
    Kicauan anak burung membangunkan aku, dengan perasaan malas ku lanjutkan melangkah menuju seluruh penjuru mata angin, sampailah di penghujung hutan dan lambaian dedaunan seakan memberikan salam perpisahan kepergianku menuju kerajaan hijau berikutnya, cuaca yang semakin hari semakin dingin mambuatku takut akan alam yang enggan berbagi santapan esok hari, ku putuskan untuk pergi menuju kota untuk sekedar mangumpulkan bahan makanan, saat musim salju tiba semua pemandangan hanya putih, bahkan aku belum sempat mengucapkan selamat tinggal kepada ribuan daun yang berguguran pada musim gugur...ku putuskan kembali menuju hutan, berjalan perlahan di antara pepohonan musim semi yang tak berbunga di musim dingin, sesampainya di sana aku merasakan kesunyian yang mengerikan, tak ada lambaian mesra bunga,tak ada gemercik air suci yang mengalir,bahkan pepohonan yang berhasil bertahan seolah mencampakan kedatanganku ... membangun sebuah tenda kemah dan mempersiapkan bahan makanan hanya itu yang ku lakukan untuk mengusir kesunyian hutan di musim salju kali ini ...
    Ku taruh ransel besarku dan menemukan sebuah buku catatan yang berisikan data flora tahun lalu aku terkejut melihat sebuah gambar bunga yang berwarna kuning emas berdiri tegak di antara ribuan ton salju mengelilinginya, "bunga matahari seharusnya tidak bertahan saat musim dingin,lantas apa arti dari catatan ini?" pertanyaan mutlak yang belum tersampaikan untuk orang yang memiliki catatan ini , beliau adalah ayahku ... sedikit flashback terlintas dalam pikiran ini ketika ayah mengajarkan dan memperkenalkan dunia petualangan flora/bunga kepadaku, sejak saat itu ku putuskan untuk mempertahankan bakat yang di warisi oleh ayahku itu , hanya catatan lawas ini yang ku terima sebagai bekal perjalananku, tak bisa ku pungkiri catatan ini selalu saja menyelamatkanku ...
    Malam musim dingin meniupkan aroma ketiadaan , dengan bara api yang mencoba bertahan hidup menghangatkan suasana malam itu, bulan yang samar-samar,aungan serigala dan gesekan ranting kering menambah kemurkaan salju pada saat itu, ku pejamkan mata untuk sekedar berdoa agar tak terjadi badai kehancuran yang siap menerjangku setiap saat ... pagi yang sedikit suram membangunkan hasrat ini, ku lanjutkan perjalanan tak tentu arah hingga sebuah hal mengejutkanku, seorang gadis terlihat lemah sedang terkapar sambil memeluk sesuatu yang sepertinya amat sangat dia lindungi, jiwa kemanusiaanku muncul, ku ambil selimut tebal dalam ransel yang penuh sesak dengan barang dan aku balutkan ke tubuh gadis itu ...  betapa sangat aku terkejut ketika malihat apa yang dia lindungi adalah sekuntum bunga matahari yang indah namun tak bernyawa ... sebuah telapak tangan nan hangat menyantuh pipi ini, si gadis sadar dan tersenyum melihat dengan tatapan penuh harap seperti sedang mengucapkan "jika kau menemukanku,maka setiap butiran salju akan menjadi cerita, dan jika kau kehilangan arah hidupmu,maka biarkanlah aku menjadi mata angin dalam kompas perjalanan hidupmu"
    Segera ku bangun tenda kemah dan ku buat api unggun dalam skala besar berharap anak manusia ini terselamatkan dari rasa dingin yang menyelimutinya ... menunggu detik demi detik membuatku sedikit jenuh, ku putuskan membaca catatan kecilku pada lebar selanjutnya, lagi dan lagi aku di buat kaget oleh catatan itu, sebuah kertas terlihat melipat dan menyembunyikan sesuatu, "serbuk bunga?" ucapanku heran melihat sebuah serbuk aneh yang lebih mirip pasir halus itu, indera perasaku tergerak untuk mencicipinya dan apa yang aku rasakan setelah itu, kehangatan yang maha dahsyat menyalimuti tubuh ku, sebuah catatan terlihat samar di buku ini, dengan teliti ku cerna kata demi kata , "hangatkanlah bumi ini di saat salju menjadi rivalmu , dan biakkan lah saat musim semi menyapamu"
    Segera ku masak serbuk entah berasal dari tanaman apa itu, dan ku minumkan ke gadis ini, berharap cemas dia segera dapat membuka cakrawala kehidupannya, tetapi tetap tak ada respon yang dia keluarkan, air mata keletihan ini mengalir beku di antara penyesalan, "haruskah aku menyalahkan alam yang kejam mentelantarkan gadis lemah ini" sebuah sentuhan lembut kurasakan seiring menjauhnya pertanyaan bodohku tadi, "terima kasih" ucapnya yang lemah namun memecahkan kebuntuan hasrat ini, setelah dia merasa lebih baik dia mengajak ku ke sebuah rumah antik yang dinding dan lantainya terbuat alami dari kayu, terbukalah pintu istana kayu itu, "seorang gadis lemah hidup sendiri di hutan bersalju ini! " pikiran cemas melanda ku kembali, "mulai hari ini aku tak akan sendiri lagi,lihatlah bunga-bunga yang aku selamatkan itu, " ucapnya sambil menunjuk kearah bunga-bunga yang sudah tak bernyawa namun masih terlihat indah karna di awetkan, "apakah perlu menyelamatkan buna-bunga yang sudah tak bernyawa itu?" pertanyaan bodoh kembali ku buat setelah apa yang dia katakan, "setelah mati nyawa bunga akan lenyap, raganya akan layu melambai, tetapi puisi yang tercurahkan dari setiap lambaian kelopak bunga itu akan abadi, mencerna kesedihan seseorang yang menyelamatkannya "
    Aku rasa jiwa kemanusiaanku tak sebanding dengan kalimat yang baru saja dia ucapkan, ibarat berlian yang terpendam di balok es kata-katanya berkilau sejuk, 2 tahun beselang aku memutuskan untuk mengikat sumpah dan janji dalam kata "pernikahan" dengan gadis itu sebagai pendamping hidupku,
    Musim semi tiba, sesuai wasiat ayah, ku tabur serbuk bunga itu di pekarangan, dan saat mereka tumbuh puisi hutan pun kembali ku dengar syahdu

    "Dan jika kehijauan kami memudar, kami akan tetap tumbuh meski di balik batu sekali pun (lumut) , angin akan membawa setiap kehijauanku dan menebar aroma khas yang akan mengingatkanmu bahwa hutan adalah kerajaan yang tak kenal lelah dan terus menerus setia menghisap sari kepedihan dalam hatimu"

'' GADIS PARUH WAKTU "

By : Unknown
    Aku bukanlah seseorang yang menyisakan kehidupannya hanya untuk menyentuh debu kusam yang menghalangi pandangan positif manusia . . . . suara langkah kaki seakan menjadi detik yang menghitung akhir dari semua keringat yang selalu membuatku bertahan . . . pandangan hina pun turut ikut memeriahkan panggung kepedihan yang selalu memaksaku untuk menjadi tokoh utama , meski selalu keluh kesah yang ku dapatkan . . . pekerjaan mungkin tak layak di ucapkan untuk apa yang aku lakukan di tengah-tengah kerumunan kota , hanya kata "paruh waktu" yang menemani sebagai pelengkap info kehidupan yang kujalani . . .
    hari ini aku terbangun di sebuah kamar yang mungkin tak layak bagi seorang gadis sekolah sepertiku , dimana tak ada warna cerah , tak ada perhiasan mimpi maupun perlengkapan fariasi tubuh , aku kira siraman air mungkin akan mengurangi kesuraman dunia , tetap saja aura masa lalu berdatangan di setiap tetes air yang membersihkan raga yang rapuh ini . . .
    seperti biasa , sebuah pagar berkarat nan buruk selalu terdiam kaku menanti diriku pergi menuju bangunan ilmu tempat dimana aku bisa menggores tinta angan-angan yang selama ini ku pendam jauh ... semua terlihat bahagia , semua terlihat ceria , seakan mereka memiliki sayap cahaya yang tak mungkin bertumbuh di pundakku yang sudah tak kuat menopang tiang kepercayaan diri . . .
    meja yang terletak di ujung ruangan kelas seakan mencerminkan kehidupanku yang selalu tertinggal oleh laju jaman yang egois mencapakan gadis ini di lapangan keputusasaan . . .aku mengerti tak selamanya menjadi penyediri itu akan menjadi hal yang baik dan ku tak perlu berharap ada seorang pangeran berkuda yang datang menjemputku dari istana keterpurukan ini . . . di saat para pelajar menyantap bekal dari orang yang mereka sebut ibu , aku hanya bersandar di dinding atap sekolah dan memainkan jari memetik gitar yang amat ku jaga karna bukan suara yang indah terlantunkan tetapi sejuta kenangan orang yang memberikan hadiah pertamaku itu . . . sebuah bayangan yang di iringi tepuk tangan tak berirama memutuskan kesunyian siang itu . . . "permainan gitarmu memang selalu menghiburku" ucap seorang lelaki seumuranku yang setia mendengar lantunan kepedihan senar gitarku . . . "terima kasih" hanya sepatah kata itu yang selalu terucap untuk membalas sebuah buah penilaian manusia . . . sebatang coklat menghampiri lenganku , tak lupa senyum indah menyertai ucapan "isilah hatimu dengan rasa manis coklat ini" setetes air mata haru terjatuh di lantai berdebu . . . kembali ku menatap kerajaan lagit sore hari di tengah kerumunan kota , menawarkan selembar demi selembar kertas jasa toko yang mempekerjakanku di waktu sore hingga kegelapan malam menutupi pandanganku . . .
    melody jangkrik di malam musim panas menjadi pelipur lara kepulanganku dari pekerjaan yang semakin hari semakin membuat sistem kekebalan tubuhku menurun . . . aku terkena demam musim panas dan aku sudah tidak kaget harus sendiri walau dalam keadaan sakit , tetapi demamku tak kunjung memperlihatkan termometer ke suhu yang normal . . . 3 hari ku lalui dalam kehancuran yang mendalam , namun aku harus tetap pergi ke sekolah karna behasiswa yang ku dapatkan menuntutku mempertahankan prestasi dalam pelajaran . . .
    pagi yang panas seakan tak kurasakan , tubuhku dingin seakan aku sedang tardampar di istana es , pandangan ku yang sudah layu namun ku buat tetap terjaga selama perjalanan , hingga di sebuah gang sepi sunyi aku sudah tak kuasa menahan rasa lelah dan secara tiba-tiba tubuhku menghantam bumi , pandanganku pun layu di telan lagit pagi itu . . . "sakura!!! apa kamu baik-baik saja?" sebuah suara yang sudah tak bisa ku dengar jelas untuk ku imajinasikan dari siapa suara itu berasal . . .
    mataku terbuka meski sedikit parau ku coba untuk memperjelas pandanganku , "dimana aku berada? apa aku sudah berada di tempat orang tuaku beristirahat dengan damai?" pertanyaan bodoh yang terucap dari hati yang kosong ini . . . aku merasakan sebuah pegangan tangan yang sangat lembut sedang mengenggam tangan yang tak berdaya ini  , betapa terkejutnya aku saat ku lihat yamato si penggemar yang selalu hadir melihat show gitar atap sekolahku,sedang tertidur lelah di kursi yang menempel pada tempat tidur kamar rumah sakit yang ku ketahui dari bau obat di seluruh ruangan . . .
    ku coba untuk bersandar dan duduk di atas kasur , yamato terbangun dan terlihat sangat bergembira , "sakura kamu sudah sadar!! syukurlah" sebuah kata-kata yang sangat membuat hatiku yang hancur kembali utuh sedikit demi sedikit . . ."berapa lama aku pingsan yamato?" tanya ku cemas karna aku tak mau merepotkan orang lain , hanya kata "sehari" yang kudapatkan dari mulut yang tersenyum senang itu . . . yamato pun pergi karna suatu urusan mendadak yang harus dia lakukan tanpa memberi penjelasan . . . tubuhku ini ku gerakan hanya sekedar untuk berjalan-jalan mengelilingi taman rumah sakit yang tidak terlalu mewah itu . . . ku duduk di kursi taman yang bercorak kuno , ku tertegun melihat daun-daun bergugurandan aku merasakan aroma khas angin musim gugur yang menyambutku kembali ke dunia ini . . .seorang dokter wanita duduk dan memulai pembicaraan kami dengan sebuah kalimat "aku kurang mengenalmu , aku pun kurang tahu asal-usul kehidupanmu , tapi aku sangat berterima kasih , berkatmu anakku sudah tumbuh dewasa , " dia pun menjelaskan bahwa anaknya yaitu yamato membawaku di pagi hari pada musim panas , betapa terkejutnya hati kecil ini mendengar kebenaran bahwa aku pingsan tak mengenal hari melainkan 3 bulan terlewatkan untuk mimpi singkat yang aku alami . . . segera aku berlari melawan arah angin yang berhembus dingin , mencoba melihat sisa ucapan wanita itu bahwa yamato menolak jasa pengobatan gratis untuk ku karna ibunya seorang dokter di rumah sakit itu  . . . tapi apa yang aku lihat kali ini telah membuka bendungan air mata haruku . . . seorang pria berkecukupan rela melakukan pekerjaan paruh waktuku sebagai penjajah kertas jasa toko yang selama ini ku lakukan . . .ku usap air mata ini untuk manjaga perasaan sungkan pada anak manusia itu . . . di tengah kerumunan kota sekali lagi aku terpaku oleh langit dan aku bersumpah di bawah matahari yang mulai padam bahwa . . .

    "ku tak sanggup membersihkan debu kepedihan , tapi akan ada angin sejuk yang membawa sebuah ilusi kedamaian , kan ku sandarkan peluh kehidupanku pada sayap cahayamu . . . meski aku hanya seorang GADIS PARUH WAKTU"

INILAH DUNIAKU

By : Unknown
    Tidak ada yang menarik untuk di lakukan hari ini ,, ya aku yang seorang otaku hanya bisa terpana di depan monitor tab milikku dan menyaksikan betapa ajaibnya dunia anime yang ku dalami . . . .setiap karakter berbeda sifat , setiap chapter beda alur , dan setiap judul beda cerita , itulah persamaan dunia nyata dan dunia anime ,, aku tak pernah menyamakan dunia ku dengan kenyataan . . . . entah mungkin karna aku terlalu benci kenyataan dengan semua kepahitan yang tersedia kini. . . . . aku lebih memilih menyendiri , diam , dan memilah negative dan introgativenya kebosanan , di banding berpergian ke mall , atau pergi rekreasi aku lebih memilih lompat dari gedung tingkat 15 dan mendarat dengan posisi kepala terlebih dahulu . . . .ya inilah aku , ya inilah hidupku . . . . . . . .

- Copyright © (ANJAR) 釜口吉田くん - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -